Jumat, 01 Desember 2017

Sejarah Islam Di India

Awal Masuknya Islam ke India (Asia Selatan)


BAB I PENDAHULUAN

Jauh sebelum Islam datang ke Asia Selatan, masyarakat disana sudah mempunyai peradaban yang sangat tinggi, Islam yang datang ke Asia Selatan sejak pertama kali pada awal abad 7 M. merupakan salah satu tradisi (ajaran) dari sekian tradisi yang datang sebelumnya.
Sekitar antara tahun 6000-5000 SM Asia Selatan sudah kedatangan tamu dari Asia Barat dengan sekelompok orang yang berkebangsaan Dravida yang membawa dan menyebarkan ajaran dan kepercayaan terhadap adanya

Tuhan yang Absrtak

[1]. Tidak hanya bangsa Dravida yang berkelana ke Asia Selatan dan berlomba mengenalkan sebuah kepercayaan, akan tetapi

Bangsa Aria

dari Persia juga memperkenalkan kepercayaan adanya Tuhan yang nyata pada orang-orang Asia Selatan. Bangsa Aria datang ke Asia Selatan diperkirakan pada tahun 4000 SM, mereka datang terlebih dahulu menguasai Punjab dan Benaras (India Utara). Kemudian pada tahun 599 SM lahir pula sebuah kepercayaan yang dikenal dengan agama Jaina. Meskipun pada akhirnya agama Jaina ini melebur dalam agama Budhayang dipelopori oleh

Gautama Budha

di Kapilabastu di kaki gunung Himalaya sekitar tahun 557 SM.
Tidak hanya agama yang dibawa Bangsa Dravida, Aria, Agama Jaina, dan Budha yang berkembang disana dalam kurun waktu yang teramat panjang dan bekembang pesat pula. Setelah Bangsa Aria datang membawa kepercayaan yang berbeda dengan kepercayaan yang dibawa oleh Bangsa Dravida dan Bangsa Dravida yang cendrung lebih lemah dibanding dengan Bangsa Aria maka pada akhirnya Bangsa Aria memakasa Bangsa dravida menganut kepercayaannya. Dari dua kepercayaan yang telah melebur ini kemudian menjadi cikal-bakal lahirnya agama

Hindu

.
Dari gambaran kondisi social, budaya, dan keagamaan orang-orang Asia Selatan, maka kehadiaran Islam bisa dikatakan sebagai bentuk keberanian guna menyebarkan ajaran Islam ke sana yang sudah dimulai sejak zaman Nabi, Dinasti Umayyah, Dinasti Ghaznawi, dan Dinasti Ghuri. Prestasipun diraih oleh pihak Islam, karena pada akhirnya Islam dapat menguasai sebagian besar Asia Selatan dan membuat sebagian besar masyarakatnya juga menerima keberadaan Islam.

BAB II PEMBAHASAN


1.

Kondisi Sosial Sebelum Islam Datang


Sebagaimana telah disebutkan diawal (pendahuluan) bahwa sebelum Islam datang ke Asia Selatan, masyarakat disana sudah mempunyai peradaban yang tinggi, sudah mengenal ajaran agama yang telah sejak lama ada disana. Ajaran yang dibawa Bangsa Dravida, Bangsa Aria, ajaran Jaina, agama Budha, dan agama Bhuda sudah dikenal sebelum Islam datang.
Bahkan tidak hanya itu saja, beberapa kerajaan-kerajaan telah tertanam kokoh di bumi Asia Selatan diantaranya yaitu; kerajaan Maurya dan Gupta.
Sekitar tahun 327 SM. dari Persia datanglah

Iskandar Zulkarnaen

melalui Selat Kaibar dan kemudian menguasai

Punjab

, akan tetapi kekuasaan itu tidak bertahan lama karena mendapat perlawanan dari komplotan pemberotak yang dipinpin oleh

Candragupta

. Sejak saat itulah Candragupta mendirikan sebuah kerajaan yang bernama Maurya


dan dia menjadi raja pertamanya. Dalam kurun waktu yang tidak begitu lama kerajaan ini sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat, kekuasaannya membentang dari

Khasmir di Barat sampai lembah sungai Gangga di Timur.

Kerajaan ini beribukotakan

Pattaliputra.

Pada selanjutnya kerajaan ini dipinpin oleh Asoka seorang cucu dari Cadragupta (268-232 SM) dan bahkan pada kepeminpinan Raja Asoka kerajaan ini semakin maju dan mengalami zaman-zaman yang gemilang.

Kalingga

dan

Dekkan

dapat dikuasaai. Akan tetapi ketika Asoka melihat korban-korban penaklukan di Kalingga, ia terharu dan menyesali atas perbuatannya. Sejak saat itulah ia tidak lagi melakukan peperangan dan menjunjung tinggi perdamaian. Pada mulanya Asoka dan seluruh rakyatnya menganut agama Hindu akan tetapi dikemudian hari ia menjadi penganut agama Budha. Setelah Asoka meninggal dunia, kerajaan ini pecah dan menjadi bagian-bagian kecil, dan setelah beberapa abad kemudian lahirlah seorang yang bernama Candragupta I yang membangun kerajaan

Gupta.


Candragupta I

(320-330) mendirikan kerajaan Gupta yang dipusatkan di dekat Sungai

Gangga.

Ia penganut agama

Hindu,

akan tetapi agama Budha tetap berkembang saat itu. Puncak keemasan yang di capai oleh kerajaan ini pada masa pemerintahan

Raja Samudragupta

(330-373) putra dari Candragupta I. Pada saat itu ibu kota kerajaan diletakkan di

Ayodya.

Setelah Samudradgupta meninggal kepeminpinannnya digantikan oleh Candragupta II ( 375-415 ), pada masa ini kerajaan berada pada kejayaan yang gemilang, bahkan gedung-gedung indah berdiri tegak kala itu.
Akan tetapi setelah Candragupta II meninggal dunia, kerajaan ini mengalami kemunduran karena berabagai Bangsa dari Asia Tengah datang menyerang melemahkan kekuatan kerajaan. Bahkan kemunduran ini dialami hampir selama dua abad, baru setelah abad VII, ada seorang raja yang kuat bernama

Harshanvardhana

yang membangun kembali kerajaan Gupta.
Sepeninggal Candragupta II, kerajaan Gupta mulai mundur, berbagai suku bangsa di Asia Tengah datang menyerbu. Hampir dua abad masa gelap ini menimpa India. Akhirnya pada abad ke 7, tampilah kembali seorang raja yang kuat bernama

Harshavardhana,

dengan membangun kembali kerajaan tersebut. Disisi lain Islam lahir yang dibawa oleh Nabi Muhammad di Mekkah pada abad ke 7 M. Selain kerajaan Maurya dan Gupta ada pula Kerajaan-Kerajaan lainnya yaitu; Andhara, Kerajaan Palawa dan Kerajaan Cola[2].
2.

Masuknya Islam Ke Asia Selatan


Masuknya Islam ke Asia Selatan terjadi dalam empat preode penyebaran, yang pertama pada masa Nabi Muhammad, Dinasti Umayyah, Dinasti Ghaznawi, dan Dinasti Ghuri.
Ekspansi yang dilakukan oleh ummat Islam sampi dilakukan sebanyak empat kali ke Asia Selatan ini membuktikan bahwa ummat Islam mempunyai keinginan yang besar dan kegigihan dalam mensyiarkan ajaran Islam tampa mengenal lelah. Sehingga ummat Islam takkan pernah berhenti memacu semangat agar Islam bisa tersebar keseluruh penjuru.
Kedatangan Islam ke Asia Selatan memang tidak dihadapkan pada masyarakat yang kolot, akan tetapai masyarakat disana sudah maju dan berperadaban. Sehingga Islam yang datang ke Asia Selatan ini bukanlah kekuatan pertama yang bisa mengisi keadaan masyarakatnya. Masyarakat waktu itu sudah terwarnai dalam peradaban pertanian, perekonomian, dan keagamaan yang telah sejak lama terorganisir. Akan tetapi selama Islam menginjak kakinya di kawasan itu bukanlah hal yang sia-sia. Keberadaannya selama lebih kurang tiga abad lamanya menjadi alasan yang sangat rasional jika dapat mewarnai dan memberikan kontribusi kebudayaan disana.
Sejak zaman

Nabi Muhammad


perdagangan di Asia Selatan telah terhubung dengan secara internasional, karena saat itu tepatnya di India telah mempunyai pelabuhan-pelabuhan besar sehingga pelabuhan-pelabuhan ini menjadi tepat bersinggah dan tujuan para pedagang Timur Tengah, khusunya Arab Muslim. Sehingga mau tidak mau penyebaran Islam tak terhindarkan oleh orang-orang India. Karena selain berdagang, Muslim Arab juga berdakwah dan mensyiarkan ajaran Islam. Nah, dari tersyiarnya Islam ke Asia Selatan membuat

Cheraman Perumal

seorang raja Kadangngalur dari pantai Malabar terobsesi untuk memeluk Islam. Bahkan ia menemui Nabi untuk menyatakan keislamannya. Setelah ia memeluk Islam namanya di ganti menjadi Tajuddin. Kemudian inilah yang disebut-sebut dalam sejarah awal masuknya Islam ke Asia Selatan (India).
Kemudian pada masa kepeminpinan

Umar Ibnu al-Khattob, Mughirah

berusaha menaklukkan Sin (India) namun usahanya gagal antara tahun 643-644 M. dan Pada zaman

Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib

dikirimlah utusan untuk mempelajari adat istiadat dan berwisatamenuju Asia Selatan (India).
Pada masa

Mu’awiyah I

-pun demikian, ternyata India menjadi tujuan ekspansi yang mengiurkan bagi Muslimin Arab waktu itu. Sejumlah angakatan perang yang dipinpin oleh

al-Muhallab

diberitakan telah melewati

Kabul

dan sampai ke

Multan,

dan diikuti pula oleh

Ziad

dan

Abbas,

puteranya. Akan tetapi mereka tidak sampai ke India. Disebutkan pula bahwa

Hajjaj ibn Yusuf

menjabat gubernur di wilayah Timur, yaitu pada masa

Abdul Malik

(685-705 M).
Pada suatu ketika ada pemberontakan pada Muslim di India, tepatnya di kekuasaan raja

Dahir,

sehingga memaksa

Khalifah al-Walid

untuk mengirimkan

Muhammad ibn Qasim

guna meminpin pasukan perang. Sehingga dengan jenjang waktu empat tahun lamanya pada akhirnya Sind dan Punjab dapat ditaklukkan dan dikuasai. Kemudian Bin Qasim menjadi gubernur, akan tetapi riwayatnya berakhir tragis akibat pergulatan politik antara Hajjaj dan Sulaiman. Kemudian diganti Yazid al-Suluki yang hanya menjabat selama 18 hari karena pemberoantakan rakyat. Kala itu hanya ada sembilan gubernur yang berkuasa hingga datangnya Dinasti Ghazni[3].
Pada masa pemerintahan

al-Ma’mun (khalifah Dinasti Bani Abbas)

melakukan penaklukan ke wilayah Asia Selatan, dengan diangkatnya amiruntuk meminpin beberapa daerah. Salah satu amir tersebut adalah

Asad Ibn Saman

untuk daerah Transixiana. Asad diangkat berkat keikut-sertaannya dan keberhasilannya dalam membantu Khalifah Bani Abbas saat menaklukkan Dinasti Safari yang berpusat di Khurasan[4].

Dinasti Saman

(874-999 M) mengangkat Aliptingin diangkat menjadi amir di Khurasan. Kemudian Aliptingin diganti oleh Ishak. Sebagaimana yang telah dikutib dari karya sejarah Abn Atsir :
Ishak dikudeta oleh baligtigin; b aligtigin diganti oleh Firri dan Firri dijatuhkan oleh Subuktigin. Subuktigin menguasai Gazna dan kemudian mendirikan dinasti Gaznawi (963-1191 M). Dinasti Gaznawi ditaklukan oleh dinasti guri (1191 M). setelah meninggal, Muhammad Guri diganti oleh panglimanya, Quthbuddin Aibek (karena Muhammad Guri tidak memiliki anak laki-laki). Quthbuddin Aibek adalah budak yang sudah dibebaskan oleh Muhammad Guri dan ia menjadi sultan sejak tahun 1206 M, Sejak itu berdirilah kesultanan delhi (India). Kesultanan delhi terdiri atas : (a). dinasti Mamluk di delhi (1206-1290 M); (b) dinasti Khalji (1290-1320 M); (c) dinasti Tughkuq (1320-1414 M); (d) dinasti Sayyed (1414-1451 M) dan (e) dinasti Lodi (1451-1526 M)[5].
Dalam sumber lain disebutkan bahwa Alptgin menaklukkan Ghazni dan memperkuat kota dengan parit dan benteng. Seteleah itu Sabkteging (976-977 M.), menantu dan bekas budaknya menggantikannya dan menaklukkan Kabul dan Kandahar, menyerang Lahore, Delhi, Ajmir, Qanauj, Kalinjar. Pada tahun 997 M. Sabktgin digantikan oleh anaknya, Mahmud, dikenal dengan nama Mahmud Ghaznawi. Usahanya sangat keras sekali hal ini terbukti dengan dilakukannya penyerangan dan penaklukan yang sampai tuju belas kali ke Lahore, Delhi, Ajmir, Qanauj, Gawaliur, Kalinjar, Ujjain, Nagarakot, dan Doab. Semua daerah tersebut dapat dikuasainya. Semangat penaklukannya tidak hanya sampai disitu, bahkan pada tahun 1024-1025 M. dia kembali melakukan penaklukan ke Gujarat dan menghancurkan berhala terkenal di India, Samonath. Kemudian Mahmud digantinkan putranya Muhammad, tidak begitu lama memerintah Muhammad diganti oleh saudaranya, Mas’ud ibn Mahmud. Dalam masa kepeminpinan Mas’ud melakukan penaklukan kemabali ke negeri Oudh (Ayudda) dan Benaras. Setelah Mas’ud tidak diberitakan lahi peminpin yang kuat dari Dinasti Ghazni ini[6].
Alauddin Husain ibn Husain yanga mempunyai gelar al-Malik al Mu’azzam (Raja Besar) pada tahun 1186 M. telah merebut negeri Ghaznah. Kemudian ia diganti oleh Ghiaz al-Din Abul Muzaffar Muhammad ibn Sam. Ghiaz ini diganti oleh saudaranya, Syihad al-Din, dan diganti kembali oleh Alauddin Muhammad ibn Sam yang dikenal dengan nama lengkap Sultan Muhammad Abul Muzaffar ibn al-Husain al-Ghori (Muhammad Ghuri). Muhammad Ghuri ini dapat menguasai semua daerah yang pada mulanya dikuasai Dinasti Ghazni. Kemuadian ia dapat menguasai Delhi, Merat, dan Agra setelah memenangkan pertempuran Tarain II melawan persekutuan raja-raja India pada tahun 1192 M. Kemudian pada tahun 1193 M. ia menaklukkan kembali Qanauj dan menunjuk panglima perang dan hambasahayanya, Aibek, untuk menjadi wakil tetap di India yang di pusatkal di Delhi. Setelah itu Aibek dapat menaklukkan Qudh dan Barnanas. Dilanjutkan kembali penaklukannya ke Gualiwur (1195 M.), Gujarat (1196 M.), dan Kalinjar (1201 M.). Selain Aibek, ada pula seorang hambasahaya yang bernama Bakhtiar Khilji yang juga dapat merampas negeri Bihar dan Bangla/Benggala (Bangladesh) dari kerajaan Magadh (Budha) pada tahun 1194 M. Ghuri mempunyi praktik politik yang tangguh dalam mempertahankan ajaran Islam dalam kekuasaannya, terbukti ia memberlakukan unadang-undang Islam dan membiarkan orang-orang Hindu bebas menjalankan agamanya dan mendirikan Kuil dengan syarat membayar upeti dan jizyah[7].
BAB III
KESIMPULAN
Asia Selatan telah menjadi objek penaklukan dan infasi sejak zaman Nabi Muhammad, tentunya ini semua tidak hanya didasarkan pada kekuasaan semata yang menjadi awal kehadiaran Muslim Arab ke Asia Selatan. Adanya pelabuhan besar di Indian menjadi salah satu alasan kehadiar pedagang-pedagang Muslim ke India, terlepas dari bisnis dan perdagangan, Muslim Arab yang dating waktu itu juga tentunya berdakwah dan mensyiarkan ajaran Islam yang mereka dapakan dari Nabi Muhammad. Maka sejak itulah Islam mulai dipertkenalkan pada msyarakat Asia Selatan.
Sekalipun orang-orang Asia Selatan waktu itu sudah mempunyai peradaban yang tinggi dan telah mengenal kegamaan, namun berkat kegigihan para Muslimin hingga pad akhirnya Islam mampu pula mewarnai kebudayaan disana, bahkan sampai sekarang.

Editor tex by : Rubianto, Kertaraharja 02 Desember 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar